Friday, September 6, 2019

#MonicainUK Langkah Pertama.. Realisasi Mimpi dan Perencanaan Lanjutan!

Halo teman-teman!

Pertama-tama gue harus bilang syukur kepada Tuhan YME karena akhirnya gue berhasil merealisasikan mimpi gue dari kuliah yaitu JALAN-JALAN KE INGGRIS!

Kenapa dari kuliah? Karena kalo dari kecil gue mimpinya ke ITALIA dan hamdallah ternyata juga udah kesampean (HEHEHEHEHEHE) dan akan gue ceritakan di postingan terpisah (dan kalo ngga males).

Sebenernya ini ide rada gila, karena:
1. Inggris adalah salah satu negara mahal
2. Gue akan berangkat sendiri karena gue tau gak akan mungkin gue bisa ngeracunin orang untuk ikut perjalanan ini

Dan gue punya tekad sebulat kue donat untuk melaksanakan ini karena, HELLLOOOO gue kerja biasa mengatur perjalanan orang, masa gue ga bisa mengatur perjalanan gue sendiri? Maka inilah AJANG PEMBUKTIAN DIRI GUE HAHAHAHAHA (mulai gak santay)

Jadi ya udah deh, ketika gue melihat kemungkinan adanya ketersediaan dana untuk membiayai perjalanan gue, di bulan Mei 2018 akhirnya gue membeli tiket Jakarta - London pp menggunakan Garuda Indonesia kebanggaan bangsa untuk keberangkatan tanggal 31 Januari 2019 dan kepulangan tanggal 12 Februari 2019.

Apakah semua berjalan lancar? OOOOH TENTU TIDAK!

Di suatu pagi yang indah, ketika gue lagi rebahan sambil liat IGS (wow ini aktivitas yang nikmat sekali lho), tiba-tiba muncul pengumuman resmi via email bahwa tiket London gue diubah haluannya ke Schipol Amsterdam.

LAH BOCAH NGAPA YA?

Usut punya usut, ternyata Garuda Indonesia per tanggal 28 Oktober 2018 menutup rute Jakarta-London-Jakarta (baca disini) rasanya ingin menggedor-gedor kantor BUMN tapi apadaya mager juga! Gue menempuh jalan dengan berkonsultasi ke beberapa orang yang ngerti travel, dan gue putuskan untuk cancel refund (untungnya full refund jadi bandar nggak rugi) dan membeli tiket baru dengan Singapore Airlines tanggal 2 September 2018 yang kebetulan sedang mengadakan Online Travel Fair.

Rezeki anak kurang sholehah, ternyata dibalik musibah penutupan rute Garuda Indonesia, gue jadi bisa merasakan naik pesawatnya maskapai nomor dua terbaik di dunia. HELLO SQ!

Harga tiket Garuda Indonesia rute Jakarta London pp direct flight = Rp 9.700.000,-
Harga tiket Singapore Airlines rute Jakarta London 1x transit Singapura = Rp 9.930.000,-


 Tiket sudah di tangan. Tahap selanjutnya membuat itinerary!

Gue agak sedikit menggeser tanggal perjalanan menjadi 30 Januari 2019 s.d. 11 Februari 2019, tanpa mengurangi keasyikan perjalanan itu sendiri. Tanggal yang gue nilai adalah tanggal puncak musim dingin (maklum warga tropis) jadi gue pengen nyicipin saljuan di London kayak gimana sih! Hahahaha.

Disclaimer: Jangan bilang gue norak. Gue pernah ngerasain hujan salju dan gulingan di salju pas di Seoul tahun 2017 kok. ihiy

Anyway, gue punya waktu 13 hari di negaranya Ratu Elizabeth; dan akan melewati Tahun Baru Imlek disana. Dengar punya dengar, itinerary yang baik akan menentukan keberhasilan pemrosesan visa (selain cukupnya uang). Setelah melalui proses pertapaan di Gunung Sahari, akhirnya gue putuskan untuk mengunjungi:

LONDON (30 Januari s.d. 5 Februari 2019)

OXFORD (5 s.d. 6 Februari 2019)

LIVERPOOL (6 s.d. 7 Februari 2019)

MANCHESTER (7 Februari 2019)

EDINBURGH (7 s.d. 9 February 2019)

dan kembali ke LONDON. (9 s.d. 11 Februari 2019)



Mantavvvjivvaaaa!

Sebagai anak bontot yang selalu berlindung di ketek nyokap, gue selama hampir 30 tahun hidup di dunia ngga pernah yang namanya meninggalkan rumah lebih dari 7 hari. Dan ini gue akan pergi terjauh dan terlama!


Berikut daftar yang harus gue lakukan supaya rencana gue semua baik jalannya kayak delman:

* membuat itinerary yang lumayan rapi (yah aku akrab dengan ketidaksempurnaan)
* mencari tur-tur terbaik (tapi murah) yang dapat mensupport perjalananku
* mencari hostel yang murah namun strategis. Karena buat apa bayar mahal2 kalau hostel hanya dipakai untuk rebahan di malam hari?
* hunting diskonan baju musim dingin biar tetap stylish
* membeli asuransi perjalanan, karena pergi sendiri ke tempat yang jauh itu beresiko
* mengajukan cuti dari jauh-jauh hari supaya atasanmu ngga terkezoed!

Blog ini tentunya akan gue update seiring dengan detail postingan yang akan gue jabarkan satu per satu.

Percayalah sama gue, pergi sendirian itu enak bangettttt!



with love,
Monica

Saturday, November 5, 2016

Penentuan Selera Musik Seseorang Ditentukan Sejak... Bayi!

Hei guys... ((sok asik))

Lama nggak nulis blog (kayaknya ini selalu gue tulis setiap kali ngepost haha) karena kesibukan kerjaan (yah siapa bilang kerja sipil sekarang masih bisa nyantai? sibuk juga keleus), gue mau bahas selera musik orang (tepatnya gue) yang sangat ditentukan oleh lingkungan dimanapun mereka berada. 

Di judul, gue bilang bahwa selera musik orang ditentukan dari masih jadi orok. Ih kok sotoy banget ya kedengarannya?

Jadi gini.. Gue semacam punya keyakinan, apa yang dikonsumsi orangtua khususnya ibu pada saat mengandung seorang bayi, tentu akan banyak berpengaruh bagi selera anak pada saat nanti dia gede. Contoh nih.. Nyokap gue suka pedes. Pas hamil dia sering makan yang pedes-pedes, bok dan untung omongannya gak pedes maka alhasil gue sekarang salah satu anggota persekutuan setan cabe cabang Jakarta. 

Jadi kemungkinan dari kebiasaan-kebiasaan tersebut, adalah yang namanya orangtua dan keluaraga adalah first influencer elo. Kebetulan keluarga gue penikmat musik banget. Gue gak bilang pecinta karena kita lebih suka mendengar tapi agak kurang ahli buat memainkan musik, hahaha. Bokap gue favoritnya the one and only lagu Jawa, nyokap gue suka segala jenis musik yang di rasa enak, pun kakak-kakak gue yang ada tiga orang ini adalah salah satu influencer yang paling berpengaruh dalam kehidupan selera permusikan gue. 

Kakak gue yang cewek, suka banget dengerin radio dulu. Ada beberapa referensi musik yang gue dapet dari dia pas gue kecil, antara lain lagu "Monica" yang dinyanyiin Yana Julio sekitar tahun 1994 ANJIRRR SUMPA INI LAWAS BANGET HAHAHAHA ini kakak gue sering nyanyiin ini karena literally nama adiknya Monica. Tapi lagunya asyik banget, dan masih relevan didengerin sekarang. 


 

Jadi pengen joget banget nggak sih lo? Hahaha. OOH MONICA KAMU SUNGGUH MEMPESONA, OH OH MONICA! 

Gue bangga Bokap gue ngasih nama gue Monica. 

Terus satu lagi lagu lawas yang masih gue suka banget sampe sekarang, judulnya AKU JADI BINGUNG, yang lebih gue inget nama lagunya BONEKA. Mungkin kalau anak sekarang mikirnya versi Rini Wulandari Idol (itu judulnya Aku Bukan Boneka) atau hasil reshuffle recycle seorang penyanyi (mbuh namanya siapa dan gue males nyari juga). Yang gue tahu adalah versinya MALYDA. Keren sepanjang masa. 



Dan masih banyak lagi jajaran nama lain seperti Dian Pramana Putra (sumpah ini orang gue suka banget sama lirik-liriknya), Fariz RM, Kahitna (hello 90's!), sampai Reza Artamevia (masuk ke 2000's).

Lain gender lain selera. Beda lagi sama pengaruh musik yang dikasih sama kakak gue yang cowok. Umumnya, lagu-lagu yang sering dia perdengarkan adalah band-band grunge macem Smashing Pumpkins, Nirvana (Smells Like Teen Spirit with the phenomenal 'maling ayam') Green Day, dan lain sebagainya. 

Lagu-lagu mereka jadi familiar banget di kuping gue dari kecil, tapi mungkin yang paling membekas adalah Pure Saturday. Gue udah pernah ceritain disini, jadi jangan heran kalau sampe sekarang lagu Desire masih terdengar sangat magis di kuping gue. 

Ada lagi yang bikin nyokap gue jadi demen sama Bagus 'Netral', ya si band Netral itu sendiri, hahaha. Dulu masih dengan lagu Wa..Lah.. bikin mamakku jadi gemaszch sekali sama si Bagus ini. 



Kasih satu lagi deh, hmmm.. lagu ini aja kali ya. 


Ketika udah SD tingkat akhir, yang jadi favorit gue Nugie dan The Corrs (sampe dibeliin kasetnya sama kakak-kakak gue pas ultah).

Beranjak remaja, selera musik gue hampir sama dengan ABG lainnya. Sebutlah The Moffatts (dengan daya tarik utama Bob Moffatt yang padahal ternyata kembar tiga sama personilnya yang lain tapi beliau punya rambut panjang yang magis), BLUE (Lee Ryan minta dibawa pulang terus disemen dalem tembok), Westlife (Nicky ngga bisa nyanyi bodoamat yang penting ganteng), Spice Girls (sudah bercita-cita harus bisa kayak Emma Bunton tapi sampe sekarang aja belom berani blonde rambut), dan lain sebagainya. 

Masuk ke SMA, selera musik gue agak dipengaruhi beberapa teman yang lagi hingar bingarnya musik indie lokal. Saat itulah gue mengenal White Shoes and The Couples Company, The Adams, The Sigit, The Upstairs, dan lain-lainnya. 

 Masuk ke kuliah, kayaknya gue ga punya selera musik. Hahaha. 

Nah pas di dunia kerja, gue lumayan dapet akses yang cukup terbuka untuk melanglang buana mencari dan menemukan musik yang gue suka. Dulu gue pernah candu banget sama free music playlist 8TRACKS. Tinggal cari keyword, mood, and voila! tinggal dengerin aja deh. Dari sini gue mengenal HAIM (baca artikelnya disini), The Jungle Giants (sampe gue kejar ke intimate concertnya mereka di reuni alumni Aussie, gila!), Last Dinosaurs (Australian buddies), Feist, CHVRCHES, Imagine Dragons, The Royal Concept (thanks i found you David and Jonatan Larson! Read the article here), Passion Pit, The 1975 

 and PHOENIX mylaff!! 

Gue kasih deh videonya Jungle Giants yah, ini salah satu favorit gue banget:

  
Jatuh cinta sama Imagine Dragons dari lagu ini:

  
Satu lagi deh, Passion Pit

   
Waktu kerja di bidang Digital Marketing Communications, ini adalah masa kejayaan gue dimana pengetahuan musik gue amatlah sangat luas, berkat suasana kerja yang paling nikmat: 
Duduk di meja, back office, sambil ngeteh, buka social media, pantau, bikin report, ulangi. Tapi sebelum itu  semua gue jalani, gue akan memulai dengan BROWSING LAGU.

 Masa kejayaan tersebut muai sirna ketika gue mengajukan resign untuk mulai jadi pengangguran friksional selama 7 bulan. Ngga ada akses internet gratis di rumah, laptop ngga ada karena kemaren udah kebiasaan pake laptop kantor, terus gue juga nggak pengin digebuk nyokap gara-gara selama jadi pengangguran kerjaan gue cuma mainan hp. Bisa diusir dari rumah. 

Harapan mulai ada ketika akhirnya gue mulai kerjaan baru. Eh tapi ternyata ENG ING ENGGGG.. Jangan bayangkan situasi nyaman ketika bekerja, nggak diomelin aja gue udah syukur alhamdulilah karena kenyataannya gue jadi anak front office dan semua website yang penuh kegembiraan dan foya-foya ternyata diblock. 

HAHAHAHA
HAHAHA
HAHA
HA
H
............


Hasilnya, sekarang gue jadi agak kurang update soal perkembangan musik terbaru di dunia fana ini. Manalah gue tahu band-bang internesyenel yang indienya kebangetan, kadang musik kekinian yang udah hits sekalipun aja gue suka telat pahamnya. 

Dan di akhir, melalui keterbatasan itu, selera musik gue mulai bergeser dari anak hipster jadi anak mainstream, ngikutin chart radio abis-abisan. Gue sekarang lebih suka denger lagu yang emang ketauan siapa penyanyinya, sering atau nggaknya diputer di radio atau melalui situs online favorit gue sekarang, SPOTIFY.

Kasih Justin Bieber don't you give up na na na.. 


Nih gue juga sukak!


Ya begitulah yang gue rasakan selama hidup di dunia dan menikmati permusikan yang melintas di kuping gue.

Lumayan asik kan? *cling cling* Yang jelas gue anaknya gak pilih-pilih banget sih, sejujurnya Sambaladonya Ayu Tingting pun juga enak kok, cuma pada gengsi aja kan looo ya kaaan. 

Yang penting musiknya enak buat joget atawa ngelamun. 

BYE!

Sunday, September 20, 2015

Belajar Bahasa Italia di IIC Jakarta

Kata orang, nggak pernah ada waktu terlambat untuk belajar. 

Ya emang.

Di awal tahun 2015, gue rada bosan sama rutinitas kerja-makan-tidur dari Senin sampai Jumat. Gue merasa perlu ikut kegiatan yang bisa bawa perubahan (lebih maju), yang memang bisa menghibur gue dari kepenatan kerja. Mulai berpikir.. Mau les balet, badan udah kaku. Mau les piano, pianonya ngga punya, jadi ngga bisa latian sendiri juga di rumah. 

Terus apa ya? 

Tiba-tiba gue inget, dulu gue punya keinginan besar untuk tahu lebih banyak tentang negara favorit gue nomor dua setelah Indonesia. Dialah negeri cantik, Italia. 

Apakah kemudian gue langsung resign dan beli tiket untuk hijrah ke Italia? Oh, tentu tidak. Tidak semudah itu. Alih-alih yang namanya 'bak gayung bersambut', gue dapet info dari pusat kebudayaan Italia alias Istituto Italiano di Cultura Jakarta, kalau mereka sedang membuka pendaftaran kelas baru. WAH KAN KEBETULAN! 

Dan jadilah, singkat cerita, tanggal 20 Januari 2015 gue resmi jadi 'la studentessa di corso lingua italiana'

Dengan hati deg-degan penuh rasa penasaran, gue menghadiri kelas pertama gue yang cuma berisi 7 orang (kebanyakan pada ambil kelas sore, nah gue kelas malam). Sapaan pertama pak guru cukup awkward dan bikin kikuk-kikuk gitu deh. 

"Buona sera a tutti!" kata guru gue dengan penuh semangat.

........ Krik.

Ternyata kita nggak ada yang jawab sambutan itu. Gue sebenernya mau aja nyahut (udah belajar dikit-dikit sambil baca kan), tapi gengsi kan sendirian. Jadinya malah kayak orang bego kita semua hahaha.

Kelas berjalan begitu menyenangkan. Segala sesuatu di awal memang menyenangkan yah. Ditambah lagi kita mencintai apa yang sedang kita lakukan. Sempurna banget dan nggak ada alasan untuk malas dan bermuram durja. 

Satu term level A1A dilalui dengan mudah walaupun rada penuh drama saat ujian. Karena belum biasa jek! 

Ini temen-temen sekelas gue di A1A yang manis-manis kayak gulali dikasih aspartamine:

foto di hari terakhir belajar di A1A
muke gile abis ujian

Setelah melewati fase pertama di A1A, gue meneruskan ke level A1B. Beberapa teman ada yang 'gugur' alias nggak nerusin, jadilah gue tinggal bertiga dan digabung dengan kelas lain yang ternyata personilnya mostly cewek (lakinya cuma satu), yang juga nggak kalah seru ributnya! XD

kelas hari terakhir di A1B


Ibarat sekolah yang makin naik kelas makin susah pelajarannya, ini juga sama! Belajar tata bahasa Italia yang kadang bikin dahi berkerenyit, ngga masuk logika bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris (hahaha). Tapi beruntungnya, bahasa Italia mudah untuk dibaca, apa yang ditulis itulah bunyinya. Ditambah lagi, kami di kelas sering juga untuk belajar listening lagu, yang mana buat gue ini sangat sangat-SANGAT MENYENANGKAN karena gue juga suka mendengarkan lagu-lagu pop Italia.

Guru gue yang baik hati, Mas Ray, selain mengajar bahasa, juga banyak cerita tentang kehidupan di Italia (secara dia udah pernah tinggal di Italia juga), jadi banyak hal seru yang semakin gue tahu tentang Italia, setelah ikut kursus gaul nan ciamik ini.

3 hal yang udah gue catat di kepala berkat ceritanya Mas Ray:
1. Italians adalah orang yang gemar menikmati hidup. Berpegang pada prinsip "la dolce vita" atau indahnya kehidupan, maka mereka menjalankan hari-harinya dengan bergaya hidup-ngga-usah-ngoyo-lah-ya. Ngupi pagi adalah wajib hukumnya. Bahkan ada saatnya kantor bank bisa istirahatnya luamaaaa banget karena si pegawai harus makan siang, dan you know, makan siang ala Italia bisa ngabisin waktu kurang lebih 1,5 jam.
Terus juga ada prinsip "dolce fare niente" atau indahnya nggak ngapa-ngapain, hidup bukan soal perihal kerja-pulang-tidur-besok kerja lagi, tapi ada perlunya kita berhenti di satu waktu untuk menyesap setiap detik kebebasan tanpa mengerjakan sesuatu.
Ketika mendengar dua prinsip ini, gue langsung pengin teriak sama orang Italia, COCOK! Setuju dan sesuai dengan kepribadian gue.

2.. Mereka pantang untuk terlihat buruk, alias "fare brutta figura". Liat aja, walaupun minumnya wine mulu (ada vino rosso, vino bianco, kurang vino g bastian aja), tapi mereka pantang untuk terlihat mabuk apalagi muntah saat party. Jadi nggak heran kalau lihat mereka selalu berpenampilan rapi jali klimis licin necis, karena jelek itu haram hukumnya!
Kecuali memang jelek dari sananya, tapi kan bisa didempul yah?

3. Banyak bahasa serapan yang digunakan di dunia, berasal dari bahasa Italia. Well, sebenernya bahasa Latin sih, secara Latin kan jadi bahasa internasional-nya di bidang ilmiah. Gue sendiri sering dengar bahasa Italia/Latin saat misa di gereja atau di paduan suara (atau pas nonton film tentang mafia). Contoh serapannya, foglio menjadi folio, nipoti adalah asal kata dari nepotisme, dsb.

dan lain-lain.

Oiya, selain belajar, IIC Jakarta juga sering (banget!) mengadakan acara di auditoriumnya, antara lain konser musik, launching buku atau pendidikan, juga pemutaran film Italia yang rutin diadakan setiap Jumat malam. Bahkan kalau lagi musim sepakbola, ada juga kegiatan nobar bola yang dimotori oleh fanbase klub-klub bola Italia di Jakarta yang pastinya rame dan serunya ngalahin stadion San Siro! 

Kesimpulannya, belajar budaya negara lain benar-benar membuka wawasan tentang kehidupan di luar sana, yang efeknya adalah, kita semakin pinter dan paham bahwa manusia yang jumlahnya 7 milyar ini benar-benar diciptakan berbeda, supaya ngga bosen bumi ini cul!

Buat kamu yang tertarik untuk ambil kelas di IIC Jakarta ketimbang cuma tahu Ciao Bella-nya Syahrini doang, mending tanya infonya disini:

ISTITUTO ITALIANO DI CULTURA JAKARTA
Jl. HOS Cokroaminoto 117 Menteng, Jakarta Pusat 10310

FB Fanpage: Istituto Italiano di Cultura Jakarta
Twitter: @IICJakarta
Website: www.iicjakarta.esteri.it

CI VEDIAMO PRESTO!


Wednesday, March 25, 2015

Smallpools Newest Album: Lovetap! Doppio tap!

"Turn up the music, turn down the drama".

Kutipan di atas menggambarkan betapa pentingnya musik untuk mem-boost mood hidup lo untuk semakin berwarna. Bahkan gue percaya bahwa hidup terasa sempurna ketika ada 4 unsur ini: 

1. Buku
2. Film
3. Musik 
4. Tempat karaoke yang punya semua stok lagu yang kita mau 

Sekali lagi terimakasih kepada 8tracks yang tidak pernah bosan memberikan referensi musik terbaiknya sehingga gue bisa kenal dengan band asal Amerika bernama SMALLPOOLS.

Baru-baru ini mereka masih hangat-hangatnya seperti hangat peluk dirimu merilis album pertama, yang dinamakan LOVETAP!
Langsung review kasetnya (((kasetnya))) kayak biasa aja yah? Yuk!


(source: here)
Band pop Amerika yang diisi oleh cowok-cowok ganteng-jenggotan-jago musik ini pertama kali gue temukan di 8tracks dengan their very first singlenya "Dreaming". Lagu yang diawali dengan suara mengejutkan (apalagi saat volume headphonemu di-set lagi kenceng2nya) dan berisik-tapi-enak ini awalnya bisa gue sukai karena gue lagi stres bekerja dan butuh lagu yang rame. Termuncullah si Dreaming ini dan langsung cocok, sehingga gue setel dengan volume maksimum sambil menyelesaikan kerjaan. Alhasil, kerjaan bisa selesai tepat waktu, tapi sambil menanggung resiko yaitu kuping jadi budi (budeg-sedikit). 

Mungkin kalau mau lihat Sean Scanlon sebagai front-man sambil dengerin lagu pertama mereka, lo bisa lihat music videonya dimarih: 



Sesudah merilis single pertama, Smallpools membuat EP - self titled yang isinya kurang lebih cuma 4 lagu, "Over and Over", "Mason Jar", dan "No Story Time". Dikit ya? Tapi jadi ngangenin sih, sehingga ketika suka banget, mungkin selama sebulan nggak akan bosan dengerin EP-nya mereka. 

Ketika lo menyatakan diri suka dengan musiknya Imagine Dragons, lo akan dengan mudahnya jatuh cinta dengan gaya bermusiknya Smallpools. Tipe rasa alternative rock, tapi tetap ada sisi riang-nya. Dan range vokalisnya cukup luas jadi rada keteteran juga kalau mau ikutan nyanyik, hehehe. 

Selain menerbitkan EP, mereka juga menambah dua single lagi, "Killer Whales", serta yang jadi favorit gue banget, yang judulnya "Karaoke". Gue kasih satu deh dari soundcloud.



Gue akui setiap lagunya punya warna sendiri, namun punya benang merah; seperti instrumen perkusi yang dominan dan beat yang entah-lah-apa-itu, pokoknya memberi kesan enak dan riang! 

Nah, setelah asyik dengan EP dan single yang diupload suka-suka, akhirnya, hadir juga rilisan album pertama mereka LOVETAP! 


(source: here)


Gokil ya cover albumnya? Hehe.

Gue pertama kali dengerin semua tracknya dari situs kesayangan yang satu lagi, Spotify. Dan dari situ pula bue baru tau bahwa ini ternyata album penyempurnaan mereka dari record sebelumnya, karena hanya beberapa lagu baru, sisanya adalah yang sudah pernah ada di EP dan dua rilisan single lainnya.

Eits tapi jangan sedih. 
Walaupun hanya sedikit lagu baru, tapi mereka konsisten untuk kasih kuping kamu orgasme dan menjawab segala rasa kangen kamu dengan karya baru Smallpools. 

Dibuka dengan "American Love" yang emang bikin love banget, yang menurut gue ini agak perpaduan gayanya Imagine Dragons + The Royal Concept. Apalagi instrumen ala traditional Japan kayak di lagu Tokyo-nya Imagine Dragons. Rame! 

Kemudian dilanjutkan di track berikutnya, Killer Whales, Dreaming, dan Karaoke. 

Terus ada lagi yang baru, Street Fight, lagunya tentang temen (atau pacar?) yang bersedia jadi 'Bruce Lee' buat temen (atau pacarnya?) ini. "You need a life line, go on and use me. I'll be your Bruce Lee, just like the movies." Seruuu! 

Terus ada juga judul-judul baru, antara lain: Lovetap, Admission to Your Party, dan 9 to 5. Gak surprise kalo gue ceritain disini! XD

Selanjutnya silakan dengerin aja di Spotify: LOVETAP! by Smallpools. 

Note: Gue cukup kagum dengan artis yang berani menaruh album barunya di situs semacam Spotify. Emang nggak bisa dicopy sih, tapi kan jadi mengurangi jumlah pembelian CD dan vinyl ya nggak sih? 

Gue sendiri dengerin Spotifty sih bukan karena maunya gratisan, tapi CDnya memang nggak tersedia di Indonesia sehingga gue harus rela streaming, yang mana harus rela kuota internet gue berkurang setiap mau denger. HIKS. 


Biar bagaimanapun, 

Lovetap! bikin gue jadi pengin double tap, atau bahasa italianya - doppio tap. Istilah yang biasa dipakai instagrammers kalau pengin like sesuatu.

Selamat menikmati Smallpools ya! Terimakasih! Ya, sama-sama!

Sunday, March 8, 2015

Paperwhite, Bring You Back to 80's Era

Kembali lagi dalam review musik hasil temuan dari 8tracks. 

Setelah gue beberapa waktu lalu terpatok pada keyword 'alternative indie', 'alternative rock' yang isinya hits-hits keluaran tahun 2014, gue udah mulai agak bosen menemukan lagu-lagu Arctic Monkeys, The Wombats, The Neighborhood, dst. Finally gue menemukan playlist dengan lagu baru yang nuansanya agak beda. 

Dan disini gue menemukan Paperwhite, yang lagunya membuat gue sejenak kembali di late 1980 - early 1990. 




Gue bilang gitu bukan karena gue udah dengerin musik sejak bayi, enggak sih. Ketika gue dengerin salah satu singlenya Pieces, gue semacam flashback ke eranya Dian Pramana Putra. Entah karena melodik semi disko dengan synthesizernya yang membuat terdengar sangat vintage, plus aksen tabuhan ala lagu-lagunya Chrisye (jujur gue agak kurang banyak tahu musisi luar di era yang sama sehingga bandinginnya sama musisi Indonesia). Kebetulan gue yang mudah nyambung dengan genre electro pop, dan kebetulan lagi suka-sukanya dengan Chvrches, Paperwhite memberikan referensi baru buat bersoundcloud ria. 


Mungkin agak susah mengetahui lebih jauh mengenai Paperwhite, karena infonya nggak ada di wikipedia broh.  Tapi band ini agak bikin terkejut karena ternyata hanya beranggota dua orang (sesuai gambar di atas). Awalnya gue pikir semacam ada beberapa cewek yang nyanyi karena suaranya selalu standar ganda. Dan aku salah. 



Mencari video live performancenya pun agak sulit, gue hanya nemu beberapa, yang sekarang jadi favorit gue juga, Get Me Goin, yang lo bisa lihat di video berikut ini: 



Selain itu, ada juga single asik yang mungkin bakal jadi saingan Coldplay di itunes gue, karena judulnya Magic. Ehehe. 

And DAMN, gue baru aja kelar nyari fanpagenya, ternyata mereka duo brother sister Katie and Ben Marshall. Pantesan gue suka, ini family band and ME LIKEY THIS KIND OF FAMILY BANDS!

Sayang EP-nya belum bisa didapatin di Indonesia. Ada yang mau beliin?


Wednesday, March 4, 2015

Dari Impian Jadi Kenyataan

Gue baru aja memikirkan hal serupa ketika gue membaca blog temen SMP gue, Sali yang saat ini jadi Pengajar Muda di daerah Putussibau dan dia menceritakan tentang cita-citanya disini

Seberapa dekat sih kondisi lo sekarang dengan cita-cita yang pernah lo bentuk sejak kecil? 

Source: Pinterest
 Dari kecil, gue pengin banget jadi astronot. Gak susah cari alasannya, karena waktu kecil gue sering baca-baca buku tentang tata surya yang ada di rumah. Gue juga kurang paham kenapa buku-buku semacam itu ada di rumah, yang jelas ketika gue lihat ke langit, bayangan gue adalah gue bisa berkunjung ke planet lain, dan bisa tinggal disana. 

Cita-cita itu diimpikan sampai gue lulus SD, dan di SMP gue berusaha melupakan karena ternyata gue kurang bisa berteman akrab dengan pelajaran Matematika dan Fisika, dan gue sadar, ternyata jadi astronot itu nggak sekedar cuma terbang ke luar angkasa tanpa bawa bekal ilmu apa-apa (kecuali lo jadi kelinci percobaan).

Pernah nggak sih lo mengalami sebuah pola pikir, dimana lo nggak punya ide apa-apa tentang hidup lo yang akan dibawa kemana? 

Yap, gue sempet mengalaminya ketika SMP dan SMA. Di masa itu gue hidup tanpa cita-cita dan hanya menjalani apa yang ada di depan mata. Di kelas 1 SMA, gue pernah mengikuti tes minat dan bakat, dan hasilnya gue cenderung masuk ke jurusan IPA atau Bahasa. Karena nilai rapor gue yang nggak memungkinkan untuk masuk ke jurusan IPA (Math, Fisika, Kimia jelek semua), maka gue disarankan orangtua untuk masuk ke IPS. Gue tahu kayaknya gue nggak bakat (dan nggak minat) di bidang itu. Anggapan kelas Bahasa yang masa depannya kurang jelas mungkin itu yang jadi alasannya. Padahal kan belum tentu ya. Gue pun masuk kelas IPS, sambil menjalani apa yang ada di hadapan gue sekarang. 

Sampai tibalah saat milih jurusan kuliah. 

Gue yang sangat 'nasionalis', alias suka dengan pelajaran sejarah, pelajaran PPKn yang nilainya lumayan, tiba-tiba terobsesi untuk masuk ke Fakultas Hukum. Nyoba untuk masuk universitas negeri sampai dua kali, ternyata nggak ada yang jebol. Waktu itu gue inget banget, usaha gue untuk dapetin FH emang nggak maksimal banget sih. Udah ikut bimbel tapi nggak serius, ikut tes juga malah sibuk merhatiin wartawan. Sehingga, Nyokap kecewa karena nama gue nggak ada di koran pengumuman SPMB, walaupun Bokap udah beli tiga koran terbitan berbeda. (yakali bisa muncul di salah satunya). 


Seberapa sering lo lebih banyak ambil plan B, C, D dan seterusnya ketimbang sukses mencapai plan A yang pernah lo punya?

Source: Pinterest
Waktu terus berjalan. Gue harus cari plan B, C, D dan seterusnya supaya nggak banyak buang waktu. Terbesit pikiran, "Oke, aku mau jadi designer aja!" dan masuklah gue ke institut seni ternama di Jakarta. Baru ikutan OSPEK satu kali, tiba-tiba gue dapat masukan dari kakak laki-laki gue, "Lo disitu mau lulus kapan? Mending out deh kalau emang beneran mau serius sekolah 4 tahun." LAH?

Pikir-pikir panjang, akhirnya beneran gue cabut dan school-less. Hahaha. Googling sana-sini ada satu kampus yang masih buka, plus nanya teman, akhirnya gue masuk ke sebuah sekolah tinggi komunikasi ternama di Jakarta, dan ya udah. Satu-satunya yang gue lakukan adalah menyetel pikiran, "yang penting gue kuliah ah."

Gue sekolah selama 4 tahun, dan mengambil jurusan yang paling gue banget diantara semua pilihan, yaitu Periklanan. Waktu itu gue juga masih bingung nanti kerjanya mau ngapain karena gue nggak mau masuk agency, dan di tahun 2011 dengan nilai lumayan. 


Kata orang, lo baru bisa fokus mikirin masa depan ketika usia 20an. 

Iya bener sih, gue mulai fokus mikirin cita-cita gue ketika gue udah mulai kerja serius di perusahaan swasta. Kata orang juga, momen kerja pertama kali itu adalah momen lo menyerap ilmu (dan keringat) sebanyak-banyaknya. Sampai merasa pengetahuan gue udah cukup, gue mencoba untuk ambil jalan pencarian kerja yang paling konservatif di Indonesia: mencoba untuk mengajukan diri bekerja di pemerintahan. 


'___'

Nggak salah? Ya nggak tahu salah atau bener sih, tapi gue beneran nyoba di tahun 2013 di tujuh instansi sekaligus, dan ternyata nggak ada yang tembus satupun. Betapa down-nya gue saat itu, dengan ambisi besar yang mengggebu-gebu, dan ternyata kenyataan nggak selaras dengan harapan gue. 

Tapi gue percaya satu hal, bahwa mimpi itu layaknya tumbuhan yang bisa diperlakukan dengan dua hal: membiarkannya mati, atau memupuk dan merawatnya sampai mimpi lo bener-bener tumbuh dengan kuat dan besar. 

Gue tentunya sudah bosan bermain-main dengan hidup tanpa tujuan. Gue pilih untuk memelihara mimpi itu jadi kenyataan. Tapi bukan dengan ambisi tanpa strategi, melainkan dengan tekad yang bulat serta keseriusan yang bertanggung jawab. (maafkan bahasaku yang berlebihan ini). 


Dan di tahun 2014, gue kembali berjuang. 

Ketika pemerintah menetapkan bahwa satu orang hanya boleh mendaftarkan diri pada satu instansi, gue mulai mengatur strategi, memilih instansi mana yang peluangnya lebih besar. Tapi lagi-lagi strategi itu mental ketika ada pertanyaan, "nggak ada instansi yang lebih terkenal, yah Mon?" Gubrak. 

Jatuhlah gue pada sebuah pilihan sambil "ah bodo amat deh mau yang mane" sambil gue terus-terusan fokus belajar dengan buku-buku setebal gajah. 

Tes pertama, lolos walaupun sempat terjadi tragedi salah print kartu sehingga gue harus cari-cari rental print. But thank God, He helped me in His own way!

Tes kedua, dengan ketidaktahuan materi bahan ujian, gue layaknya orang bingung yang nggak ngerti gimana cara menjawab pertanyaan sulit bin auk ah gelap ini. 

Nah disini letak serunya. Ketika satu sesi berisi tentang performance test, dimana kita dites untuk menunjukkan performa diri melalui public speaking dan share pengalaman kerja, gue baru sadar, bahwa apa yang gue jalankan selama ini udah disesuaikan banget untuk jualan kualitas diri di depan para penguji. Gue secara lancar menceritakan tentang pekerjaan gue sekarang, tentang kegiatan gue di kampus dulu, dan tentang tujuan gue untuk membangun negara bersama instansi ini (serius, ini gue gak bullshit). Serius deh, kadang gue gemes dengan bad image yang sering diterima oleh pegawai-pegawai ini. Gue pengin mengabdi buat orang banyak, bukan sekedar enak-enak pake fasilitas negara. 

Dan tepat pada tanggal 12 Februari, gue resmi dinyatakan lulus sebagai pegawai di DKI. 

Sesederhana itu cita-cita gue? Mungkin. 

Di umur 25 tahun ini, mungkin gue udah nggak bisa lagi yang namanya mau nerusin cita-cita yang sempat lewat (mau jadi designer lah, mau kerja di kedutaan lah), gue cuma berusaha untuk memenuhi apa yang Nyokap gue mau, dan ternyata memang sesederhana itu sih. 

Saat ini gue masih sering flashback, membayangkan apa yang terjadi jika gue dulu menjalankan sekolah seni,  sekolah hukum, terus jadi apa gue sekarang, Apakah bisa gue sampai di titik gue yang sekarang? 

Yang jelas, setelah apa yang gue jalankan selama ini, gue baru benar-benar sadar, bahwa dibawah kendali Yang Punya Kehidupan, Dia sudah menentukan proses apa yang harus gue lewati untuk jadi apa yang sesuai gue ingini, yang sejalan juga dengan kehendakNya. 


Terimakasih, Tuhan!



ditulis dengan ucapan syukur atas terkabulnya Doa Novena Hati Kudus Yesus.