Friday, July 23, 2010

Tembang Kepompong (Belum) Basi! #part 2


--> --> -->
Setelah membaca ulang tentang postingan sebelumnya, saya baru teringat, sebenarnya pada awal mau menulis, saya bukan ingin menulis tentang itu. Tapi kenapa keluarnya itu, ya saya juga heran. Malah isi curhat sendiri. Hahahaha.
Sebenarnya begini. Saya ingin menceritakan pengalaman, pengalaman orang lain, tapi saya pun turut menyaksikan.
Saya punya teman, teman sepermainan (tapi tidak mesra) bernama Tinky Winky, Dipsy, Laalaa dan Poo (nama disamarkan demi keamanan si empunya kisah). Tinky Winky, Dipsy, dan Laalaa sudah berteman sejak lama, kalau dihitung-hitung mungkin sudah 8 tahun lamanya. Dahulu mereka berteman amat akrab, karena rumah mereka terbilang berjarak pendek satu sama lain dan satu komunitas pula, sehingga memungkinkan mereka untuk mempunyai frekuensi pertemuan dalam skala sering.
Lalu seiring berjalannya waktu, datanglah si Poo yang turut mewarnai kisah mereka. Sebenarnya si Dipsy ini kurang suka dengan si Poo, karena gayanya sebagai “pendatang baru” tampak belagu dan sok asik. Tapi ya sudahlah dia tak terlalu peduli. Mereka berempat hidup berdampingan dengan tentram dengan teman-teman yang lainnya juga.
Tiba-tiba pada suatu hari, hari yang kelabu bagi mereka berempat, mereka tersangkut masalah besar. Sebenarnya tidak terlalu besar, bahkan bisa disebut sepele, apabila saat itu mereka dapat berpikir lebih dewasa, namun karena digeluti rasa panik dan resah selama seharian, ya sudahlah mereka jadi terjebak sendiri.
Singkat cerita, mereka akhirnya menghabiskan waktu 31 hari bersama di suatu tempat. Di tempat itulah mereka berbagi cerita dan penderitaan bersama, yang membuat mereka menjadi tahu sifat baik buruk satu sama lain.
Hingga pada saat mereka berhasil keluar dari tempat tersebut, menurut penglihatan saya, mereka berempat jadi berubah drastis. Selain lebih religius (tapi ternyata ini hanya berlangsung sebentar saja), formasi mereka sedikit berubah. Si Dipsy yang tadinya tidak suka dengan si Poo, kini menjadi akrab dan kerapkali jalan bertiga dengan si Laalaa. Lalu kemanakah Tinky Winky? Mengapa ia terlihat tidak jalan bersama dengan kawanannya? O ow.. akibat peristiwa kelabu, yang menjadikan terbukanya segala cerita dan fakta ternyata membuat renggang hubungan trio Bebek ini dengan si Tinky Winky.
Kadang saya pun mendengar keluh kesah dari Trio Bebek tentang sifat buruk Tinky Winky, yang beginilah.. begitulah.. Tapi walau begitu tetap saja saya punya hak untuk percaya atau tidak mengenai cerita itu. Sedangkan dari pihak Tinky Winky, saya mendengar dari orang-orang dekatnya bahwa dia beginilah.. begitulah.. yang isinya merupakan kebalikan dari cerita Trio Bebek ini. Lah lalu mana yang bener???
Akibat simpang siurnya informasi yang beredar, dan mulut orang-orang yang tak ada hentinya untuk menghembuskan gosip ini dan itu, maka terjadilah saling mengejek, entah itu dalam bentuk gosip tandingan, status update di facebook ataupun media tidak langsung lainnya. Padahal saat mereka bertemu tatap muka, tak sedikitpun kata-kata itu keluar dari mulut masing-masing!
Kini yang saya sesalkan, mengapa pertemanan mereka yang sudah sekian lama terjalin itu harus runtuh seketika hanya karena satu masalah. Yeah.. mungkin saya sendiri tidak mengalami dan tidak merasakan sendiri bagaimana “sakitnya” mereka, tapi ehm.. mungkin mereka tidak ingat bahwa merekapun pernah menghabiskan masa-masa indah bersama.
Mungkin banyak yang telah mendengar pepatah ini bahwa :
“Jika temanmu berbuat jahat padamu, tulislah hal itu di atas pasir supaya cepat dihapus oleh angin; dan jika temanmu berbuat baik padamu, tulislah hal itu di atas batu supaya biarlah badai maupun ombak tak mampu mengikisnya.”
Saya suka sekali dengan pepatah manis ini, karena maksudnya jelas sangat baik, yaitu bahwa kita tak boleh menyimpan dendam tentang kesalahan kawan kita, dan simpanlah kenangan baik mengenai temanmu. Si empat sikawan itu mungkin harus diberi wejangan mengenai pepatah ini kali ya, supaya mereka dapat merekatkan kembali hubungan mereka, karena pada dasarnya saya yakin, bahwa di dalam lubuk hati mereka sebenarnya mereka saling menyayangi sebagai sahabat.
Dan satu lagi, yang kadang membuat saya jadi tersenyum simpul, ketika salah satu mereka memberi julukan “Si Gendut” atau “Si Kurus”, tampak bahwa dibalik kebencian yang terlontar, tersirat sedikit bentuk sayang atas nama panggilan khusus yang mereka buat, kan benci sama cinta beda-beda tipis. Hehehe.
-->Akhir kata, pasca peristiwa yang telah dijelaskan di atas, saya sungggguuuhhh sangat berharap bahwa segala dosa yang telah diperbuat dapat diampuni oleh sesamanya, agar nantinya mereka dapat akur kembali seperti lagu Kepompong. Kan kalau mereka akur, saya juga turut berbahagia. Kan lebih enak toh kalau hidup ini penuh damai. Masa kamu kalah sama Teletubbies?? BERPELUKAN!
-->