Friday, July 16, 2010

Tembang Kepompong (Belum) Basi!

Dulu kita sahabat
Dengan begitu hangat
Mengalahkan sinar mentari

Dulu kita sahabat
Berteman bagai ulat
Berharap jadi kupu-kupu

Bridge:
Kini kita berjalan berjauh-jauhan
Kau jauhi diriku karena sesuatu
Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan
Namun itu karena ku sayang

Reff :
Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah
Persahabatan bagai kepompong
Maklumi teman hadapi perbedaan
Persahabatan bagai kepompong

Deretan baris lagu yang saya berikan tadi pastinya sudah tidak asing di telinga kita. Yup, kalau ada yang hilang ingatan, mari saya ingatkan kembali. Penggalan lirik diatas adalah single yang dinyanyikan oleh band (saya sebenarnya kurang tahu persis ini nama band atau penyanyi perseorangan) bernama Sindentosca, yang berjudul Kepompong. Lagu ini dirilis pada sekitar tahun 2007. Dilihat dari liriknya yang sederhana, menurut analisis saya sih lagu ini menggambarkan tentang persahabatan yang indah lalu tiba-tiba jadi berjauhan karena suatu hal, namun itulah yang memang yang harus dilalui kala kita menjalin suatu hubungan dengan orang lain, khususnya pertemanan, yang tak luput dari perasaan pasang surut. Bah, njelimet abis kata-kata gua! Yah pokoknya intinya begitu deh, ngerti sendiri kaaann.. (minta disambit)

Yahh namanya Indonesia ya, pada saat lagu ini muncul ke permukaan, woh, sangat booming sekali! Dimana-mana berkumandang lagu kepompong, dijadikan jingle iklan, jadi soundtrack sinetron, muncul di acara-acara musik televisi, diputar berulang kali oleh tukang MP3 bajakan di pinggir jalan, dijadikan RBT banyak orang, pokoknya yang tadinya saya lumayan suka sama lagu ini, ujungnya malah jadi bosan saking terlalu sering terngiang di telinga saya.

Sebenarnya saya tidak ingin bercerita banyak tentang sindentosca. Saya hanya ingin berbagi sedikit tentang pengalaman berteman saya yang sering kali putus di tengah jarak hanya karena kami berbeda sekolah atau sudah tidak bergabung dalam 1 organisasi lagi. Saya sejak SD, hingga berlanjut ke SMP lalu SMA, selalu mengalami perpindahan sekolah, dimana hal ini berarti juga saya selalu berganti teman. Kebanyakan orang mempunyai sahabat kental, yang tahu luar dalam satu dengan yang lain, namun saya tidak. Entah saya kurang lihai dalam bidang gaul-pergaulan atau malas untuk “keep contact” sehingga menghilangkan arti persahabatan itu ketika kami berpisah.

Namun ada satu cerita pertemanan yang cukup berkesan dalam hidup saya.
Pertama, ketika saya SMP, tepatnya waktu kelas 3. Saya berteman akrab sekali dengan seorang adik kelas. Kemanapun kami pergi, pasti selalu berdua. Kami hanya terpisahkan pada saat jam pelajaran karena kami memang beda angkatan. Selebihnya, istirahat bareng, pulang bareng, nongkrong bareng, makan bareng, apa-apa bareng! Saya pun mengenal anggota keluarganya yang lainnya, ayahnya, ibunya, adik-adiknya, asisten rumah tangganya, supirnya. Namun pada saat kelulusan kelas 3, saya mau tidak mau harus berpisah dengan dia karena saya memilih sekolah lain untuk melanjutkan pendidikan saya (tepatnya bukan memilih, tapi memang terpaksa pindah karena saya tidak diterima di SMA terusan). Sewaktu saya kelas 1 SMA, saya masih “keep contact” dengan dia. Namun lama kelamaan kami semakin jarang saling menghubungi, dan akhirnya hilang kontak sama sekali. Teknologi facebooklah yang akhirnya mempertemukan kami kembali, tapi rasanya sudah beda, karena kami sudah tak pernah berbagi cerita, dan yang terjadi saat bertemu adalah kami “mati gaya” alias tidak punya bahan omongan. Sulit dipercaya kalau dulu ini kami adalah sahabat akrab.

Sejak itulah saya memutuskan untuk tidak perlulah kita berteman akrab sampai lengket dengan orang lain, karena ujungnya akan selalu begitu. Ada juga teman-teman yang lain saat SD, di organisasi, dll. yang bernasib sama.

Tapi dari pengalaman-pengalaman itulah saya jadi mengetahui tentang kesuksesan sebuah persahabatan. Persahabatan akan jadi maju lancar jaya jika kita selalu menjaga jalinan hubungan secara teratur. Maksudnya sempatkanlah diri kita untuk berbicara, bertemu, menelepon, wall-to-wall dengan sahabat, sekalipun hanya untuk menceritakan hal tidak penting! Dan perselisihan itu adalah hal yang wajar, ibarat bumbu, membuat persahabatan menjadi lebih bermakna, asal jangan sampai keterusan berantemnya, hehehe. Analogi yang dibuat oleh Sindentosca saya rasa sudah tepat, mengibaratkan persahabatan bagai kepompong, dimana ulat membutuhkan usaha dan pengorbanan untuk menjadi makhluk indah seperti kupu-kupu. Yah kalau misalkan persahabatan tidak dihiasi dengan ribut-ribut kecil, pasti juga akan terasa membosankan bukan?

Sekarang, saya sedang berusaha menjabarkan teori yang saya buat sendiri itu dalam kehidupan nyata. Memang susah, karena prinsip saya mengenai “saya tidak butuh sahabat kental”. Saya akan mengganti istilah “sahabat kental” itu dengan kata “sahabat cair” AHAHAHA, ini istilah yang dibuat oleh ibu saya (beliau juga tak punya sahabat kental), yang artinya kira-kira begini : kita boleh berteman dekat dengan orang, tapi jangan terlalu dekat sampai segala-galanya serba saling mengetahui, bolehlah simpan rahasia sedikit.. Hehehe.

Salam sastra seni dan budaya.

No comments:

Post a Comment