Sunday, April 27, 2014

Sedikit Cerita: Rencana Dia Memang Rapih

God is the best life planner in the universe.

-----
Hari ini tumben-tumbenan gue misa di gereja St. Paskalis. Tugas lingkungan di misa sore memaksa gue untuk hadir, walaupun sebenarnya agak angot-angotan karena hari minggu pinginnya santai dan jalan-jalan. Tapi ternyata panggilan tanggung jawab sosial terhadap rekan-rekan gue (yang rata-rata usia lanjut) ini membuat gue melangkahkan kaki untuk mau dengan ikhlas hati ikut koor dan didaulat jadi pemazmur. Nasib paling muda, harus sanggup walau ku tak mau (pinjem lagu agnesmo).

Singkat cerita, gue menjalankan tugas di gereja, nyanyi mazmur sesuai perintah (alhamdulilah lancar). Kebetulan hari ini juga ada "tamu" di Paskalis yaitu teman2 dan romo dari Paroki Cilangkap yang sedang cari dana untuk pembangunan gereja. Jadi yah agak rame misanya, dua romo tamu ikut memimpin misa sore ini.

Situasi berjalan sebagai mana mestinya hingga pada saat pembacaan doa sesudah komuni, kami semua dikejutkan dengan jatuhnya rekan kami yg punya riwayat penyakit jantung. Tiba-tiba ia lemas hampir pingsan. Kami semua panik, dan berusaha memberikan pertolongan. Meski begitu jalannya misa tetap berjalan.

Saya pernah mengalami trauma melihat orang tua yang jatuh sakit mendadak, maka saat melihat peristiwa itu saya turut tak tenang dan bingung harus melakukan apa. Beberapa ibu mengatakan bahwa saya lebih baik telepon anaknya. Tapi saya bingung, telepon terus suruh ngapain? Kesini apa booking rumah sakit? Untung ada seorang bapak yang kami kenal duduk di baris depan gereja dan segera sigap untuk menolong bapak yang sedang lemas ini. 

Setelah beberapa saat berdiskusi, akhirnya saya keluar gereja dan menelepon anak dari si bapak untuk segera datang ke gereja untuk menjemput. Kemudian saya kembali ke dalam, eh ternyata bapak itu sudah agak mendingan, dan dibopong untuk diantar pulang ke rumahnya. 

Setelah mengalami peristiwa itu, saya jadi berpikir, Tuhan adalah penyusun rencana terbaik. Tuhan sudah menyiapkan orang-orang di sekitar bapak itu untuk menolongnya, ketika ia hampir dipastikan akan kambuh saat itu. Coba bayangkan, gimana kalau saat itu saya cuek aja pergi gak ikutan koor, dan si bapak satu lingkungan saya juga nggak ikut misa di jam yang sama? Mungkin para lansia ini akan kelimpungan mencari bantuan dan pertolongan akan berjalan lebih lambat, dan yang terjadi mungkin justru hal buruk. 

Sehingga saya memahami bahwa keputusan yang sebelumnya kita mungkin tidak menyukainya, kita kerjakan dengan malas-malasan, ternyata akan berpengaruh pada peristiwa hidup orang lain yang ada di sekitar atau bersinggungan langsung dengan kita.

Jadi buat kamu yang pernah merasakan bahwa diri ini kurang berguna buat orang lain, coba deh pikirin lagi. Kamu mungkin memang tidak berguna (hehehe) tapi dalam keadaan darurat bisa saja kan kamu justru diandalkan orang lain hanya karena kamu punya telepon genggam dan bisa segera menghubungi ketika orang sedang dalam keadaan genting? 

Ayolah, kalau kamu masih muda, please peduli orang sekitarmu, terutama pada yang sudah berusia senja. Berguna atau tidaknya kamu dimasyarakat, ketika kamu peduli, maka kamu akan menjadi andalan bagi mereka.


Jakarta, 27 April 2014. 
Dalam berkah kanonisasi Santo Yohanes Paulus II dan Minggu Kerahiman Ilahi.



-------
NB: Mohon maaf dalam penggunaan kata yang tidak stabil. Maklum nulisnya pakai hati.